KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Energi baru terbarukan seakan tren baru. Padahal sumber energi listrik pertama di Indonesia dari tenaga air. Salah satu leluhur pembangkit listrik tenaga air tertua di Indonesia adalah PLTA Tonsealama di Manado, Sulawesi Utara.
PLTA Tonsealama dibangun tahun 1912 dan mulai beroperasi tahun 1923 pada masa Belanda. Meski berusia lebih dari 100 tahun, PLTA ini masih beroperasi dan menjadi sumber energi di Sulawesi Utara dan Gorotalo (SulutGo).
PLTA Tonsealama termasuk dalam tujuh pembangkit pertama milik s’Lands Waterkracht Bedriven, perusahaan listrik di Hindia Belanda. Ini adalah perusahaan yang menjadi cikal bakal Perusahaan Listrik Negara (PLN). Meski sudah lebih dari satu abad berlalu, bangunan PLTA Tonsealama masih sama sebagaimana yang dibangun Belanda.
Baca Juga: Arkora Hydro (ARKO) Optimistis Cetak Pendapatan Rp 300 Miliar Di 2022
Andreas Arthur, Manajer PLN UPDK Minahasa, menjelaskan, PLTA Tonsealama memiliki kapasitas 14,38 MW. Ini memenuhi 3% dari kebutuhan kelistrikan SulutGo. Dari sisi tingkat biaya pokok produksi, Andreas menyebut, PLTA Tonsealama ini pun cukup ekonomis. "Biaya produksi produksi PLTA Tonsealama ini Rp 200-Rp 300 per kwh," ujar dia. Bandingkan dengan PLTU yang memakan biaya produksi Rp 1.400-Rp 1.600 per kwh.
Manajer Pembangkitan PLN Unit Wilayah (UIW) Suluttenggo Amrizal Simar menambahkan, ke depan PLN akan mendorong sumber EBT. Salah satunya PLTS di Sangihe, Sulawesi Utara yang telah beroperasi Juni 2022. "PLTS Sangihe memiliki kapasitas 1,3 MWp," kata dia.
Baca Juga: Kementerian ESDM Mengkaji Tiga Topik Ini untuk Dimuat dalam RUU EBT
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News